Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Saat yang Tepat



Saat yang Tepat

"Tara … Perutku sakit," Anya tersentak saat merasakan sakit di perutnya.     

"Nadine, menyingkirlah. Aku akan pindah ke belakang," setelah membersihkan darah di tangannya dengan tisu basah, Tara langsung memanjat ke kursi belakang.     

Untung saja tubuh Tara langsung sehingga ia bisa berpindah dengan sangat mudah.     

"Anya, Aiden melindungimu demi kamu dan anak di dalam kandunganmu. Ia bahkan menghalangi peluru itu dengan tubuhnya untuk kalian. Kamu harus kuat," Tara menyuruhnya untuk menarik napas dalam-dalam dan memijatnya.     

Anya tidak berani memikirkan mengenai Aiden. Ia memejamkan matanya dan mengikuti arahan Tara untuk menarik dan menghembuskan napas, berusaha menenangkan hatinya.     

Demi Aiden, ia harus tetap tenang …     

Demi Aiden, ia harus menjaga anak mereka baik-baik …     

Setelah tiba di rumah sakit, Tara langsung mengantarkan Anya ke spesialis kandungan. Sementara Aiden langsung memasuki ruang operasi.     

Nico dan Harris menunggu di depan ruang operasi.     

Begitu mendengar apa yang terjadi, Ivan langsung menyusul mereka menuju ke rumah sakit. Ia sangat panik saat melihat darah yang mengotori baju Nico. "Nico, apakah kamu baik-baik saja?"     

Nico menggelengkan kepalanya. "Paman, aku baik-baik saja. Ini bukan darahku, ini darah Paman Aiden. Ia … Ia tertembak …"     

"Bagaimana ini bisa terjadi? Natali tidak memiliki undangan untuk hadir di acara tersebut. Bagaimana ia bisa masuk ke dalam ruang acara?" tanya Ivan.     

Harris menjawabnya dengan tenang. "Seseorang pasti telah memberikan undangan kepadanya. Saya sedang menyelidikinya. Selama saya bisa menemukan siapa yang memberikan undangan itu kepada Natali, saya akan …"     

"Apakah kamu masih perlu menyelidikinya? Sudah jelas Keara yang memberikan undangan itu kepada Natali untuk membunuh bibi. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan paman kembali!" sela Nico.     

"Bukankah Keara juga tertembak?" kata Ivan.     

"Ia memang pantas untuk ditembak. Natali sudah tidak waras. Ia tidak bisa membedakan antara bibiku dan Keara. Aku mendengarnya berkata bahwa lebih baik ia membunuh orang yang salah dari pada melepaskan keduanya. Ia memilih untuk membunuh keduanya," kata Nico dengan marah.     

Pada saat yang bersamaan, Maria datang dengan tergesa-gesa. "Bagaimana keadaan Aiden?"     

"Ibu, mengapa kamu di sini? Apakah kakek tahu?" Nico menatap ke arah ibunya dengan cemas.     

Maria tidak berani memberitahu Bima karena kondisi Bima sedang tidak baik semenjak mengetahui perbuatan Imel dan Heru di belakangnya.     

"Aku tidak memberitahu kakekmu. Aku hanya bilang aku pergi membeli buah."     

"Jangan khawatir, Kak. Aiden akan baik-baik saja. Ia tertembak di perut, tetapi tidak mengenai organ vitalnya," Ivan berusaha menenangkannya.     

Harris menatap Ivan dalam diam. Ivan baru saja datang tetapi ia sudah mengetahui situasi Aiden dengan sangat jelas seperti segala sesuatu berada di dalam tangannya.     

Kalau Ivan ingin melakukan sesuatu pada Aiden dan mengambil alih Keluarga Atmajaya, ini adalah saat yang tepat.     

Bima sedang sakit dan Aiden terluka. Nico masih belum mampu untuk mengambil alih Atmajaya Group.     

Apakah Ivan akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan Aiden?     

Maria menghela napas lega dan kemudian menggenggam tangan Ivan erat-erat. "Ivan, ayah sedang sakit dan Aiden sedang terluka. Nico masih belum cukup matang untuk mengurus keluarga ini. Sekarang, keluarga ini hanya bisa bergantung padamu."     

"Kak, jangan khawatir. Aku akan memberitahumu kalau Aiden sudah keluar dari ruang operasi. Sekarang pergilah ke tempat Anya. Anya sedang hamil. Aku khawatir sesuatu terjadi padanya di saat kondisi Aiden seperti ini," setelah mengatakannya, Ivan memandang ke arah Harris. "Harris, tolong antarkan Kak Maria ke tempat Anya."     

"Anya sedang hamil?" Maria menangis dengan gembira mendengarnya. "Aku akan pergi ke tempatnya sekarang. Kalian tunggu disini. Kalau ada berita terbaru, segera telepon aku."     

Dua tahun lalu, karena perbuatan Keluarga Atmajaya, Anya keguguran dan kehilangan anaknya. Kejadian itu membuat Anya sulit untuk hamil lagi.     

Namun, tiba-tiba saja mujizat turun untuk keluarga mereka. Anya hamil lagi!     

Bagaimana mungkin Maria tidak gembira?     

Harris menemani Maria menuju spesialis kandungan dan langsung menemukan kamar Anya.     

Dokter sudah menanganinya sehingga Anya tidak merasakan rasa sakit di perutnya. Saat ini, ia sedang berbaring di ranjang, ditemani oleh Tara dan Nadine yang duduk di samping tempat tidurnya.     

"Ibu, mengapa kamu datang ke sini?" Nadine terkejut melihat kedatangan Maria. "Apakah kakek …"     

"Jangan khawatir. kakekmu tidak tahu," kata Maria dengan cepat.     

"Bibi sedang hamil, tetapi kondisinya kurang baik sekarang. Tadi saat perjalanan menuju ke rumah sakit, perutnya sakit," kata Nadine dengan cemas.     

Tara langsung bangkit berdiri dan menenangkan Maria. "Jangan khawatir. Tadi dokter sudah memeriksa Anya. Ia meminta Anya untuk bed rest selama tiga bulan pertama. Beberapa hari ini, ia diminta untuk tinggal di rumah sakit untuk memastikan bahwa kondisinya baik-baik saja. Setelah itu, ia bisa pulang dan beristirahat di rumah."     

Maria menepuk tangan Tara dan memandangnya dengan penuh harap. "Tara, tidak peduli apa pun yang terjadi, kamu harus menjaga anak di dalam kandungan Anya sampai bisa lahir dengan selamat."     

"Aku akan berusaha semampuku," Tara tidak tahu apakah tubuh Anya mampu untuk mempertahankan anak ini. Tetapi dalam hati ia juga bersumpah pada dirinya sendiri untuk membantu sahabatnya sekuat tenaga.     

Ia juga ingin melihat Anya bahagia.     

"Anya, aku benar-benar senang mendengar kamu hamil. Barusan, aku mendapatkan berita mengenai Aiden. Tembakan itu tidak mengenai organ vital. Aiden akan baik-baik saja," hibur Maria.     

"Kak …" air mata kembali mengalir di wajah Anya. Ia merasa sangat lega. Aiden akan baik-baik saja.     

"Anya, ingat kata-kataku. Kamu harus menjaga emosimu. Jangan menangis," Tara langsung mengingatkan.     

"Maafkan aku. Aku hanya merasa sangat lega," Anya berusaha untuk menahan air matanya, tetapi ia tidak bisa.     

"Kamu tahu Aiden adalah pria yang kuat. Ia bisa bertahan dari ledakan. Peluru seperti ini tidak akan bisa membunuhnya," Tara berpura-pura tenang, padahal sebenarnya dalam hati ia juga berusaha untuk menghibur dirinya sendiri.     

"Mengapa Aiden harus melewati semua ini? Mengapa semua hal buruk ini terjadi padanya?"     

Tara merasa semakin panik. Ia ingin menghibur Anya, tetapi tidak peduli apa pun yang ia katakan, Anya akan semakin menangis.     

"Anya, dengarkan kakak. Kalau kamu cengeng seperti ini, nanti anakmu juga akan cengeng. Saat ini Aiden sedang berjuang di dalam ruang operasi. Untuk kamu dan anak kalian. Kamu hanya perlu menunggunya keluar dari ruang operasi. Setelah itu, kalian bisa kembali bersama," Maria menghapus air mata di wajah Anya. "Ingat perjuangan kalian untuk mendapatkan anak ini. Kamu juga harus berusaha keras untuk menjaganya."     

Anya mengangguk dan menghapus air matanya.     

Ia tahu seberapa sulit hidup Aiden selama ini.     

Sejak kecil, ia tidak bisa merasakan rasa cinta dari kedua orang tuanya. Ia adalah anak yang dilupakan oleh orang tuanya.     

Setelah kedatangan Maria di Keluarga Atmajaya, baru lah Aiden bisa merasakan rasanya dicintai.     

Dengan adanya Maria dan Nico, Aiden bisa merasakan sedikit kehangatan sebuah keluarga.     

Ia menghabiskan seluruh waktunya di luar negeri. Hingga akhirnya, Ardan meninggal dan Aiden harus kembali ke Indonesia untuk mengurus perusahaan.     

Tetapi setelah itu, ia malah diculik dan terluka karena ledakan.     

Duduk di kursi roda tanpa bisa melihat dunia di sekitarnya. Itulah hidup Aiden.     

Dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil bangkit kembali dan melihat dunia.     

Awalnya, Anya menikah dengan Aiden karena paksaan. Tetapi Aiden begitu mencintainya.     

Mengingat kembali masa lalu Aiden, Anya merasa sangat sedih.     

Ia merasa kurang mencintai Aiden. Seharusnya, ia lebih mencintai Aiden lagi. Menunjukkan bahwa di dunia ini, ada seseorang yang benar-benar mencintai Aiden dengan segenap hati.     

Seharusnya, ia lebih menghargai keberadaan Aiden di sampingnya …     

Ia hanya bisa berharap, semuanya belum terlambat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.